BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kasus dengan gastritis
merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan remaja,
khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh
berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan
meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak
sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis
menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%),
makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan
menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena,
infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari
gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun
2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah
terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter
pylori ini mungkin berdampak
pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan
angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih
atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan
kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah
dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan
tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan
gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang
mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apakah definisi gastritis?
- Apakah etiologi gastritis?
- Apa klasifikasi gastritis?
- Bagaimana patofisiologi gastritis?
- Bagaimana manifestasi klinis gastritis?
- Bagaimana implementasi gastritis?
- Apa komplikasi gastritis?
1.3 TUJUAN
1.
Mengetahui definisi dari
gastritis.
2.
Mengetahui etiologi
gastritis.
3.
Mengetahui klasifikasi gastritis
4.
Mengetahui Bagaimana
patofisiologi gastritis.
5.
Mengetahui manifestasi
klinis gastritis.
6.
Mengetahui implementasi
gastritis.
7.
Mengetahui komplikasi gastritis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa
gaster. (Hadi, 1995).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992).
Gastritis adalah peradangan
lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J,
Reeves, 2001).
2.2
ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat
menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung.
1. Gastritis Bakterialis
1) Infeksi bakteri
Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan
atau minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
2)
Infeksi bakteri Campylobacter
Pyloroides.
2.
Gastritis Karena Stres Akut
1)
Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang
terjadi tiba – tiba.
2)
Pembedahan
3)
Infeksi berat
4)
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai
lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan
perdarahan hebat.
3.
Gastritis Erosif Kronis
1)
Pemakaian obat penghilang
rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan
pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi
dinding lambung.
2)
Penyakit Crohn, gejalanya
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
3)
Penggunaan Alkohol secara
berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam
kondisi normal.
4.
Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
5.
Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar
dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita
kanker lambung.
6.
Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya.
7.
Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang
menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam
lambung.
8.
Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti
HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
2.3 PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang
berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut
secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan
menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika
makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan
antara esofagus dan lambung ( Esophangeal
Sphincer ) akan membuka dan membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah
masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot
yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang
berada dimucosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (
termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut.
Suatu komponen cairan lambung
adalah Asam Hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga
yang mengeluarkan ion bicarbonate
secara reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga
terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung
lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding
lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang
sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan menyebabkan
peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung
ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
2.4.1
Gejala Gastritis secara
umum
1)
Hilangnya nafsu makan.
2) Sering
disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
3) Perih atau
sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk ketika makan.
4)
Perut terasa penuh pada perut
bagian atas setelah makan.
5) Kehilangan berat badan.
2.4.2
Gejalanya secara khusus padaa gastritis:
1)
Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan
kejang otot.
2)
Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa
jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus.
Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami
pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera.
Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung
menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan
bisa meluas dan berakibat fatal.
3)
Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan
dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita ( misalnya pemakai
Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan
gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis
menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna
kehitaman seperti aspal ( Melena ),
muntah darah ( Hematemesis ) atau
makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
4) Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5) Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu
makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak
pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya
protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur
dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6)
Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam dikulit dan diare.
7)
Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar
dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang
karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi
lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan
lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan
tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk
jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus
duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak
lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung
dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.
2.5 KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:
2.5.1
Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi
agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen
semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi,
chemoterapi dan mikroorganisme infektif.
2.5.2
Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan
B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan
proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan
infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding
lambung.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan darah
Tes ini
digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
- Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea
diubah oleh urease H. Pyloridalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
- Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam
lambung.
- Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes
ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
- Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya
tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
- Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
- Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam
maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang
sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang
pembedahan untuk mengobatinya.
1.
Jika penyebabnya adalah infeksi
oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth, Antibiotik (misalnya
Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole).
2.
Penderita Gastritis karena stres
akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera atau perdarahan)
berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 %
penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat
fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan
pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut
bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih
berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3.
Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya
Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang
menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin
bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan
non-steroid.
4.
Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid
atau dilakukan pembedahan.
5.
Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
lambung.
6.
Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
7.
Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi
sering.
8.
Makanan yang perlu dihindari
adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.
9.
Kedisiplinan dalam pemenuhan
jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.
2.8 KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic
Ulcers dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus – menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding
lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel –
sel kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi H. Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.
Pylori adalah MALT (Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman
( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi Lambung )
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak
adekuat dan rangsangan muntah.
3. Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
4. Resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.
5. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit.
DX. I : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d
Cedera Biologi (Iritasi Lambung)
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
NOC I
: Kontrol Nyeri
KH :
1. Mengetahui
faktor penyebab nyeri
2. Mengetahui
permulaan terjadinya nyeri
3. Menggunakan
tindakan pencegahan
4. Melaporkan
gejala
5. Melaporkan
kontrol nyeri
NOC
II : Tingkat Nyeri
KH :
1. Melaporkan
nyeri berkurang atau hilang
2. Frekuensi
nyeri berkurang
3. Lamanya nyeri
berlangsung
4. Ekspresi
wajah saat nyeri
5. Posisi tubuh
melindungi
NIC I
: Manajemen Nyeri
Aktivitas
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri dan
faktor pencetus nyeri.
2. Observasi
ketidaknyamanan non verbal.
3. ajarkan untuk
teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi.
4. Kendalikan
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.
5. Kolaborasi :
pemberian Analgetik sesuai indikasi
NIC
II : Manajemen Analgetik
Aktivitas
1. Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
2. Cek obat
meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
3. Tentukan
jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.
4. Tentukan
Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda
vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.
DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Status Gizi
Kriteria
Hasil :
1. Mempertahankan berat
badan dalam batas normal
Berat badan
ideal :
Rumus : 8 +
2n n
: umur
![](file:///C:\Users\User\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
Berat Ideal
2. Toleransi terhadap
diet yang dianjurkan
Pasien mau
makan diet yang diberikan minimal habis ½ porsi, nafsu makan baik.
3. Melaporkan
keadekuatan tingkat energi
Pasien tidak
lemas dan lemah.
4. Menyatakan keinginan
untuk mengikuti diet
Pasien mau
makan.
5. Nilai laboratorium
misal Albumin dan Globulin dalam batas normal
Albumin
normal : 3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin
normal : 2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin :
12 – 16 gr/dl
SGOT :
L<37, P<31 uI/L
SGPT :
L<41, <31 uI/L
NIC : Pengelolaan Nutrisi
Aktivitas
1. Kaji tentang makanan
yang membuat klien alergi.
2. Tentukan makanan
kesukaan klien.
3. Dorong pasien untuk
memilih makanan yang lunak.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
5. Hindari makanan
pedas, asam atau berminyak.
6. Monitor jumlah
pemasukan nutrisi dan kalori.
7. Kolaborasi :
a. Diskusikan dengan
ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.
b. Diskusikan dengan
dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap.
DX III : Hipertermi
b.d Proses infeksi pada mukosa lambung
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
NOC : Termoregulasi
Kriteria
Hasil :
1. Suhu tubuh dalam
batas normal
Suhu tubuh
normal berkisar antara 36 – 37 derajat celsius
2. Menjelaskan tindakan
untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
Tindakan
untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
3. Tidak ada perubahan
warna kulit.
Warna kulit
tidak sianosis, turgor kulit baik.
4. Denyut nadi normal
5. Respirasi normal
6. Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24
jam
7. Tekanan darah dalam batas normal
NIC I :
Regulasi tubuh
1.
Observasi tanda – tanda vital
2.
Berikan minuman per oral
3.
Kompres dengan air hangat
4.
Kolaborasi pemberian Antipiretik
5.
Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
DX. IV : Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah,
Haematoemesis, Melena
Tujuan : Tidak ada tanda – tanda kekurangan volume
cairan misal dehidrasi
NOC :
Fluid Balance
Kriteria
Hasil :
1.
Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
2.
Tidak terlihat mata cekung
3.
Kelembaban kulit dalam batas normal
4.
Membran mukosa lembab
5.
Berat badan stabil
NIC : Fluid
Management
Aktivitas
1.
Timbang popok jika diperlukan
2.
Pertahan intake dan output yang akurat
3.
Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat, tekanan darah)
4.
Monitor vital sign
5.
Dorong masukan oral
6.
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7.
Kolaborasi
c. Pemberian cairan IV
d. Pemberian tranfusi
darah jika perlukan
DX. V : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun
dan Proses penyakit
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut
NOC I
: Imune Status
Kriteria
Hasil :
1.
Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Tidak ada
rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.
2.
Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
3.
Menunjukan perilaku hidup sehat
Personal
hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga.
NOC II :
Pengendalian Resiko
Kriteria
Hasil :
1.
Mengindikasikan status gastrointestinal,
pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal
a. Tidak ada konstipasi atau diare.
b. Pernafasan
c. Tidak ada gangguan dalam berkemih
d. Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang
penyakit
2.
Mendapatkan imunisasi yang tepat
Imunisasi
Umur
|
Imunisasi yang harus didapat
|
0 bulan
|
Hepatitis B1, BCG, Polio 1
|
2 bulan
|
Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
|
3 bulan
|
DPT2, Polio 3
|
4 bulan
|
DPT3, Polio 4
|
6 bulan
|
Hepatitis B3
|
9 bulan
|
Campak
|
NIC :
Infection Protection
Aktivitas
1.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
2.
Monitor terhadap kerentanan infeksi
3.
Batasi pengunjung
4.
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas dan drainase
5.
Dorong masukan nutrisi yang cukup
6.
Dorong masukan cairan yang cukup
7.
Dorong pasien untuk istirahat
8.
Informasikan kepada keluarga kapan jadwal
imunisasi (DPT, Polio, Campak, Rubella)
9.
Jelaskan keuntungan imunisasi
10. Ajarkan kepada
pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali masuk dan keluar dari ruangan
klien.
11. Kolaborasi : Berikan
antibiotik jika diperlukan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor –
factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa
obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi
yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama
antara satu dengan yang lainnya.
3.2 KRITIK DAN SARAN
Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC, Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan
Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
Johnson, Marion,
2000, Nursing Outcomes Classification
(NOC), second edition, Mosby, United State of American.
Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
Long, BC, 1996, Perawatan
Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan
Keperawatan Pajajaran , Bandung.
Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media
Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby,
United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi,
EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996,
Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.
Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.