Minggu, 21 Desember 2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

1.2  RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah definisi gastritis?
  2. Apakah etiologi gastritis?
  3. Apa klasifikasi gastritis?
  4. Bagaimana patofisiologi gastritis?
  5. Bagaimana manifestasi klinis gastritis?
  6. Bagaimana implementasi gastritis?
  7. Apa komplikasi gastritis?

1.3  TUJUAN
1.                                                                                                                                                                Mengetahui definisi dari gastritis.
2.                                                                                                                                                                Mengetahui etiologi gastritis.
3.                                                                                                                                                                Mengetahui klasifikasi gastritis
4.                                                                                                                                                                Mengetahui Bagaimana patofisiologi gastritis.
5.                                                                                                                                                                Mengetahui manifestasi klinis gastritis.
6.                                                                                                                                                                Mengetahui implementasi gastritis.
7.                                                                                                                                                                Mengetahui  komplikasi gastritis.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992).
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001).

2.2  ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung.
1.    Gastritis Bakterialis
1)   Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
2)   Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
2.    Gastritis Karena Stres Akut
1)    Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
2)    Pembedahan
3)    Infeksi berat
4)    Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.

3.    Gastritis Erosif Kronis
1)        Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
2)        Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
3)        Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.
4.    Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
5.    Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung.
6.    Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan organ lainnya.
7.                Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung.
8.    Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

2.3  PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
2.4  MANIFESTASI KLINIS
2.4.1        Gejala Gastritis secara umum
1)   Hilangnya nafsu makan.
2)   Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
3)   Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
4)   Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
5)   Kehilangan berat badan.
2.4.2        Gejalanya secara khusus padaa  gastritis:
1)   Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2)   Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
3)   Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
4)   Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5)   Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6)   Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam dikulit dan diare.
7)   Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.

2.5  KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:
2.5.1        Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme infektif.
2.5.2        Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan darah
    Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
  1. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
  1. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
  1. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
  1. Rontgen saluran cerna bagian atas
    Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
  1. Analisis Lambung
 Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

  1. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

2.7  PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya.
1.      Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole).
2.      Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3.      Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
4.      Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5.      Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
6.      Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
7.      Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.
8.      Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.
9.      Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.

2.8  KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

2.9  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi Lambung )
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
3.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
4.     Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.
5.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit.
DX. I         : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi Lambung)
Tujuan       : Nyeri berkurang atau hilang
NOC I       : Kontrol Nyeri
KH            :
1.      Mengetahui faktor penyebab nyeri
2.      Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
3.      Menggunakan tindakan pencegahan
4.      Melaporkan gejala
5.      Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
KH                   :
1.      Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2.      Frekuensi nyeri berkurang
3.      Lamanya nyeri berlangsung
4.      Ekspresi wajah saat nyeri
5.      Posisi tubuh melindungi
NIC I : Manajemen Nyeri
Aktivitas
1.      Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2.      Observasi ketidaknyamanan non verbal.
3.      ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi.
4.      Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.
5.      Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi
NIC II : Manajemen Analgetik
Aktivitas
1.      Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
2.      Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
3.      Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.
4.      Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat.
5.      Monitor tanda – tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.
DX  II        : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan       :   Kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC          : Status Gizi
Kriteria Hasil :
1.      Mempertahankan berat badan dalam batas normal
Berat badan ideal :
Rumus : 8 + 2n                  n : umur
Status nutrisi = Berat badan sekarang         X 100 %
Berat Ideal
2.      Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis ½ porsi, nafsu makan baik.
3.      Melaporkan keadekuatan tingkat energi
Pasien tidak lemas dan lemah.
4.      Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet
Pasien mau makan.
5.      Nilai laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal
Albumin normal : 3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin normal : 2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin : 12 – 16 gr/dl
SGOT : L<37, P<31 uI/L
SGPT : L<41, <31 uI/L
NIC   : Pengelolaan Nutrisi
Aktivitas
1.      Kaji tentang makanan yang membuat klien alergi.
2.      Tentukan makanan kesukaan klien.
3.      Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.
4.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.      Hindari makanan pedas, asam atau berminyak.
6.      Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori.
7.      Kolaborasi :
a.       Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.
b.      Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap.
DX III  :    Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambung
Tujuan :     Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
NOC  : Termoregulasi
Kriteria Hasil :
1.      Suhu tubuh dalam batas normal
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37 derajat celsius
2.      Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
3.      Tidak ada perubahan warna kulit.
Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
4.      Denyut nadi normal
5.      Respirasi normal
6.      Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24 jam
7.    Tekanan darah dalam batas normal
NIC I : Regulasi tubuh
1.         Observasi tanda – tanda vital
2.         Berikan minuman per oral
3.         Kompres dengan air hangat
4.         Kolaborasi pemberian Antipiretik
5.         Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
DX. IV :     Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis, Melena
Tujuan :      Tidak ada tanda – tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1.         Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
2.         Tidak terlihat mata cekung
3.         Kelembaban kulit dalam batas normal
4.         Membran mukosa lembab
5.         Berat badan stabil
NIC : Fluid Management
Aktivitas
1.         Timbang popok jika diperlukan
2.         Pertahan intake dan output yang akurat
3.         Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah)
4.         Monitor vital sign
5.         Dorong masukan oral
6.         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7.         Kolaborasi
c.       Pemberian cairan IV
d.      Pemberian tranfusi darah jika perlukan
DX. V        : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit
Tujuan        : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut
NOC I : Imune Status
Kriteria Hasil :
1.         Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.
2.         Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.         Menunjukan perilaku hidup sehat
Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga.
NOC II : Pengendalian Resiko
Kriteria Hasil :
1.         Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal
a.  Tidak ada konstipasi atau diare.
  b.  Pernafasan
c.    Tidak ada gangguan dalam berkemih
d.    Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit
2.         Mendapatkan imunisasi yang tepat
Imunisasi
Umur
Imunisasi yang harus didapat
0 bulan
Hepatitis B1, BCG, Polio 1
2 bulan
Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
3 bulan
DPT2, Polio 3
4 bulan
DPT3, Polio 4
6 bulan
Hepatitis B3
9 bulan
Campak
NIC : Infection Protection
Aktivitas
1.          Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.          Monitor terhadap kerentanan infeksi
3.          Batasi pengunjung
4.          Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
5.          Dorong masukan nutrisi yang cukup
6.          Dorong masukan cairan yang cukup
7.          Dorong pasien untuk istirahat
8.          Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT, Polio, Campak, Rubella)
9.          Jelaskan keuntungan imunisasi
10.      Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali masuk dan keluar dari ruangan klien.
11.      Kolaborasi : Berikan antibiotik jika diperlukan





































BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut. 
      Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

3.2  KRITIK DAN SARAN
       Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.













DAFTAR PUSTAKA


Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC, Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby, United State of American.
Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby, United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.
Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.